Bismillaah…
Ba’da tahmid miwah sholawat
Bagaimana kabarnya saat ini sob?
Semoga selalu dalam keadaan yang baik dan dalam kondisi yang berbahagiaa aamiin
Kali ini masih dalam suasana
buku-buku tere liye, saya akan me-review kembali
salah satu bukunya yang berjudul “HUJAN”.. Semoga review ini sedikit banyak memberikan ingatan kembali bagi sobat
yang mempunyai kenangan di masa “hujan” ya Sob.. (maksudnya?)… :-D, ya semacam
pengalaman dan kenangan sobat berkaitan dengan saat hujan turun, atau sedang
musim penghujan.. karena sekarang sudah memasuki musim hujan nih Sob..hehe..
Bagi beberapa orang mungkin ada yang seperti itu, mengaitkan dan mengingat
sesuatu hal karena hujan atau saat hhujan turun seperti halnya kisah dibalik
buku ini Sob..
Cerita buku Tere Liye memang
selalu saja bikin penasaran dan selalu berbeda, kadang belum terfikirkan sama
sekali oleh saya namun setelah dibaca memberi pengetahuan dan wawasan baru..
Check it out aja ya Sob…
Kisah ini berawal dari seorang
Gadis yang berusia 13 tahun, namanya Lail.. Ia seorang anak biasa yang
dibesarkan disalah satu Kota di Negara yang tak disebutkan dalam cerita, ia
bersama ibunya pergi ke sebuah stasiun kereta bawah tanah untuk memulai
aktivitas mereka, ini adalah hari pertama Lail bersekolah kembali setelah liburan
panjang usai. Ayahnya yang bekerja diluar kota jarang sekali bertemu dengan Lail.
Karena itu ia lebih sering menjalani hari-harinya bersama Ibunya.
Era masa depan memang sulit
diprediksi, akan banyak peralatan canggih dan modern yang akan muncul seiring
dengan perkembangan zaman dan teknologi, begitupun di massa hidup Lail,
perkembangan zaman terus berubah, penduduk bumi pun bertambah banyak, sekitar 1
Milyar penduduk bumi telah sesak memenuhi ruang yang tak tertampung lagi,
selalu ada siklus, ada yang meninggal, ada yang lahir.. saat itu, berita
kehebohan tentang kelahiran bayi yang menggenapkan penduduk bumi menjadi 1
Milyar tersebut tersebar diseantero kota tempat Lail tinggal, pun di stasiun
kereta bawah tanah, di setiap layar televisi menampilkan breaking news tentang
kelahiran bayi tersebut. Ada perbincangan yang sangat dalam yang saat itu
sedang terjadi dalam breaking news, seorang ahli mengatakan bahwa untuk
mengurangi penduduk manusia di bumi hanya dengan takdir berupa bencana alam, seperti
halnya peristiwa gunung Krakatau yang meletus beberapa abad silam..
Kereta bawah tanah melesat dengan
cepat, dibawah daratan kota tersebut, melewati setiap peron dan stasiun yang tersedia,
Lail dan ibunya masih berada di kereta tersebut berdesakan dengan penumpang
yang lain. Saat itulah, masalah mulai timbul, terjadi guncangan hebat di dalam
kapsul kereta, semua barang penumpang berhamburan ke setiap lorong kereta,
setiap orang saling bergesekan hebat, listrik pun padam, kereta berhenti
seketika dalam perjalanan, meninggalkan stasiun terdekatnya, berada di area
sekitar 40 meter di dalam tanah membuat semua penumpang panik, Lail terpisah
dari ibunya, dan ibunya terus sibuk mencari Lail..
Di belahan bumi lain terjadi
sebuah guncangan hebat, berasal dari sebuah gunung yang sudah berumur ratusan
tahun. Gunung tersebut meletus mengeluarkan lava dan abu vulkaniknya, jauuuuh
sekali dengan tempat Lail dan ibunya berada. Namun bukan lavanya yang membuat
kapsul kereta terhenti, gempa yang ditimbulkan gunung tersebut mengguncangkan
benua tempat Negara Lail. Sehingga Negara nya menjadi terdampak letusan..
sesaat itupun Kota porak poranda, gedung-gedung runtuh, bangunan rumah dan
jembatan rusak, aliran listrik di Kota tersebut pun lumpuh, pun Lail dan ibunya
yang masih terpisah. Beberapa saat kemudian Ibunya Lail berhasil menemukan Lail
dan mereka segera mengikuti aba-aba untuk keluar ke tangga darurat jalur kereta
bawah tanah.. hanya ada satu jalan bagi mereka untuk keluar dari gelapnya
lorong.. kondisi saat itu panik, petugas dari pemadam dan tim sar segera datang
mengevakuasi penumpang yang masih mencari jalan keluar, ada yang meninggal saat
itu juga, ada yang bersusah payah berjalan, membantu satu sama lain.. ibu Lail
segera mendengar instruksi petugas untuk berjalan dengan gerombolan penumpang
lain menuju tangga darurat.. namun terjadi masalah berikutnya, gempa kembali
mengguncang daratan Kota tersebut, reruntuhan puing lorong semakin banyak
menimpa siapa saja yang berada dibawahnya, Lail dan ibunya berjalan tergopoh-gopoh
dengan hati-hati, Ibu Lail mendahulukan Lail untuk naik perlahan dengan sisa
tenaga menuju tangga darurat dan berakhir di sebuah lubang di jalanan Kota,
namun Ibu Lail tak terselamatkan, saat Lail hampir naik, Ibunya terseret
reruntuhan dan Jatuh ke bawah lorong kembali, tak terlihat, tak tertolong, Lail
saat itu sudah tidak bisa lagi melihat Ibunya, di bawah gemercik hujan yang
mulai membahasi pipinya, bercampur dengan air matanya yang terus mengalir, hanya
ada seorang yang menemaninya yang menariknya tadi dari atas lubang, seorang
anak Laki-laki berbeda usia sedikit lebih besar darinya, dialah Esok..
Sejak kejadian itu, Lail hanya
bisa mengenang masa-masa bersama ibunya, kabar buruk pun datang dari beberapa
petugas pengungsian bahwa seluruh warga tempat ayahnya bekerja tak satupun ada
yang selamat, semuanya menjadi korban dahsyatnya bencana alam tersebut..
Lail mulai menata hidupnya
kembali, di dalam suasana pengungsian, ia hanya ditemani esok, anak laki-laki
yang dikenalinya saat menaiki tangga darurat…
Hari demi hari berganti dilewati
Lail dengan kesedihan, namun esok tetap menemaninya kemana pun Lail pergi..
sejak saat itu mereka berteman akrab.. sedikit demi sedikit kesedihannya mulai
hilang tatkala Lail mulai aktif membantu para relawan dan petugas di dalam
pengungsian untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan relawan
bencana. Ia mulai membantu memasak di tenda, menyiapkan makanan, dan lain
sebagainya.. namun sesekali Lail tetap nekad pergi ke sebuah lubang, tempat dimana
terakhir kali ia keluar dari lorong tanah di kotanya bersama ibunya.. Saat itu
pula esok yang sudah tahu kemana Lail pergi, mencari Lail hingga ke Lubang itu,
dan hujan pun turun saat Lail ditemukan esok.. ya selalu saja hujan membasahi
tangis Lail yang menyeka air matanya..
Hari berganti dan tahun pun
berganti, Lail sudah kembali ke sekolah nya, Pun esok yang berbeda angkatan
dengan Lail..
Singkat cerita, Lail masuk ke
asrama sekolah keperawatan setelah ia menyelesaikan sekolah mengengahnya, ia
mendapati sahabat baru bernama Maryam. Kini Lail sudah menjadi seorang gadis
yang cantik, namun mempunyai mental yang kuat, karena mandiri sejak kecil..
esok pun sudah pindah ke Ibu Kota, sekolah di tempat yang terkenal, unggul di
zamannya, dan ia diangkat anak oleh seorang kepala Daerah disana, dan Lail
belum mengetahui itu.. Lail dan Esok hanya bisa bertemu saat keduanya mendapat
libburan semester.. itu pun kalau Esok sempat dan Lail terus menunggu waktu
Liburan itu.. karena perlahan ia mulai memahami arti perasaannya terhadap
Esok..
Tahun berganti tahun, Lail jarang
sekali bertemu dengan esok, pernah sekali Lail diundang ke Ibu Kota oleh
Pemerintah karena prestasinya bersama dengan sahabatnya, Maryam.. dalam
menyelamatkan warga yang akan terdampak banjir bandang di hilir sungai, namun
mereka berdua berhasil memberikan peringatan dan evakuasi sebelum bencana itu
sampai di desa tersebut.. Lail yang saat itu menjadi pahlawan relawan muda,
bertemu di acara puncak penghargaan kepadanya dengan Esok.. dan akhirnya
mengetahui kalau Esok diangkat oleh Walikota di Ibu Kota.. Namun yang membuat
Lail sedikit mengubur perasaannya kedalam hatinya kembali karena melihat anak
gaadis sang Walikota yang menurutnya lebih cantik, itu lebih pantas bersanding
dengan Esok yang menjadi ilmuwan yang terkenal yaitu Soke Bahtera.. Lail merasa
dirinya tidak pantaas, dan lebih mengorbankan perasaannya untuk gaadis itu
kepada Esok..
HIngga tiba pada titik puncak,
dimana proyek besar yang sedang dikerjakan oleh Esok telah Lail ketahui, dengan
suhu bumi yang semakin panas, membuat seluruh penduduk harus hijrah ke planet
lain menggunakan kapal raksasa yang dibuat oleh team Esok, dengan Esok sebagai
otaknya..
Kapasitas kapal tersebut terbatas
dan hanya akan diselamatkan beberapa penduduk dunia saja, tidak semuanya,
termasuk 2 tiket terakhir yang Lail simpulkan adalah tiket Esok bersama gadis
walikota tersebut.. hati Lail pun hancur saat itu..
Cerita dalam buku hujan ini
memang terbilang singkat, karena dalam kisah tersebut pemeran utama yaitu Lail
sedang menceritakan kisah hidupnya kepada seorang perawat dengan teknologi
kesehatan yang mutakhir saat itu, sampai ia memutuskan untuk berada di tempat
ia berada.. Pusat terapi saraf..
Ia ingin menghapus kenangan indah
bersama Esok dan melupakan segalanya tentang esok, hingga akhir dari terapi itu
saat ia bangun ia tidak akan kembali mengingat yang namanya esok..
Bagaimanakah kisah akhir dari
novel ini? Apakah Lail siap dan matang dalam keputusannya untuk menghapus semua
memorinya tentang esok? Akankah Esok pun tahu apa yang diperbuat Lail dan
berusaha mencegahnya… mendingan sobat baca deh bukunya
Karena Teknologi yang disampaikan
pada cerita kali ini membuat fikiran saya tercengang sob dengan apa yang
ditulis oleh penulis Tere Liye.. karena tidak terfikirkan sama sekali dengan
konsep ruangan 4x4 pusat terapi saraf otak, yang kosong, tidak ada benda apapun,
namun dibuat canggih dengan segala yang keluar dari setiap bilik ruangan
tersebut.. kereeen
Oh iya sob, segitu dulu ya review
novelnya.. agar tidak penasaran langsung saja dibaca novelnya yaa
Judul Novel : Hujan
Penulis : Tere Liye
320 hlmn ; 20 cm
Asep
Being a good person is more
important