Assalamu’alaikum wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberikan kesehatan sehingga sampai detik ini, mata dapat melihat dengan baik, telinga dapat mendengar dengan baik, dan lain sebagainya yang patut kita syukuri sehingga selalu berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini, dan ni’mat yang luar biasa kita rasakan yakni ni’mat Iman dan Islam.
Solawat serta salam semoga selalu terlimpah dan tercurah kepada panutan kita, yakni habibana wanabiyana Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai pada kita semua selaku umatnya sampai akhir zaman nanti, amin.
Salam Ukhuwah…
Sahabat semua, ini adalah sedikit curahan hati seorang pemuda yang sedang berjuang dalam meraih sebuah kebahagiaan yang hakiki, di saat orang-orang sedang gencarnya memperebutkan piala dunia, kita tidak boleh lupa bahwa tujuan kita yang sebenarnya adalah bersama-sama meraih piala akhirat, dan bisa mendapat tiket ke surga-Nya amin.
Kesan pertama yang bisa saya ungkapkan setelah membaca pesan “sebuah cita-cita” adalah subhanallah… rasa rindu yang sangat mendalam ingin kembali bersua dengan sahabat-sahabat seperjuangan yang terus memberikan motivasi serta semangat untuk menegakkan da’wah dimanapun kita berada…
Eh, kok jadi cerita yang itu…hhee
Ya, tapi itulah sebagai pembuka cerita mengenai pengalaman dan kenangan serta segalanya mengenai kancah da’wah di Sekolah tercinta ini.
**
Ditemani oleh suara desingan mesin-mesin serta perangkat-perangkat di sebuah tempat yang sekarang menjadi bagian dari aktivitas hidupnya, dalam suasana yang berbeda dari biasanya, dengan barisan meja kerja yang tertata dengan peralatan kantor, dan sesekali terdengar suara berisik gumaman beberapa orang karyawan meskipun biasanya ia sudah terlelap di waktu-waktu seperti ini, tapi disinilah ia mencoba mengungkapkan segala isi hatinya mengenai hal-hal yang membuat ia menjadi seperti ini, ya itulah saya yang biasa dipanggil “Asep”.
**
Saya agak bingung harus mulai dari mana, ya sudah.. kita mulai dengan awal bergabungya saya dengan organisasi yang bernama Forum Dienul Islam ini (yang selanjutnya disingkat FDI). Saya pertama bergabung dengan FDI ini adalah waktu kelas 1 semester 2 akhir yang mempuyai tekad untuk merubah diri ini menjadi orang yang soleh dan lebih baik. Tekad itu muncul karena banyak sekali teman teman yang juga mempunyai semangat yang sama untuk merubah dirinya dan bergabung dengan FDI, sehingga menambah teman, sahabat, dan tambah silaturahim satu sama lain. Setelah beberapa lama, akhirnya saya menjadi pengurus organisasi ini. Yang tugasnya adalah untuk melanjutkan estafet da’wah dari kakak kelas saya, dan dalam organisasi tersebut, saya ditugasi sebagai sekretaris. Tugas yang bermula tidak saya inginkan, namun waktu acara pertama itu saya ikuti (“LP 2D”) diantara teman-teman tidak ada yang mengacungkan tangan, akhirnya saya mengacungkan tangan, dan jadilah sekretaris.
Nah, dari situ saya mulai mempelajari dan memahami tugas saya di FDI ini dengan belajar dari kakak kelas. Awalnya, ketika pengarahan mengenai sekretaris, pusingnya minta ampun, namun setelah mencoba melakukan tugas, baru kerasa enaknya. Ya seperti itu, namun dukanya (maksudnya gak enak), yang namanya sekretaris itu cuman satu, jadi yang ngurusin masalah administrasi organisasi sekretaris aja, yang lainnya ada di divisi.
**
Berada dalam sebuah lingkungan sekolah yang luar biasa padat penduduknya, membuat beberapa siswa yang tergabung dalam organisasi-organisasi yang berada di sekolah ini berpikir bagaimana cara mengawasi dan mengarahkan seluruh siswa agar memiliki perilaku yang baik. Begitu juga dengan guru-guru dan kesiswaan yang terus memberikan amanat-amanat serta contoh perilakunya agar siswa dapat terdidik dengan baik. Sekolah ini mempunyai luas sekitar 3,4 Ha dengan beberapa program kejuruan dan memiliki hampir 1500 siswa yang setiap harinya memadati ruas-ruas dan sudut bangunan sekolah ini.
Masjid Ulul Albab yang berdiri kokoh di tengah-tengah lingkungan sekolah ini menjadi pusat da’wah bagi para siswa yang mayoritas beragama Islam. Dikelola oleh Guru yang menjadi ketua DKM dan Pembina Organisasi FDI serta siswa-siswa yang ingin dan mau menanam benih-benih pahala mulai saat ini juga agar bisa dipetik di akhirat kelak, sehingga menumbuhkan sikap loyal dan bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai muslim. Berawal dari berkecimpungnya saya yang secara waktu baru setahun sekolah disini dan mengetahui gambaran secara umum mengenai keadaan sekolah ini.
Obrolan serta bincangan yang dilakukan dalam forum-forum kecil untuk memberikan informasi khusus mengenai keadaan sekolah dari beberapa alumni membuat hati ini tahu bahwa sesungguhnya tugas kita disini adalah untuk mengajak seluruh komponen menegakkan syariat Islam di bumi ini.
Di latar belakangi oleh keadaan zaman yang bisa dilihat dengan kasat mata ini sangat berubah, dan perubahan ini banyak menusuk para remaja, terutama anak sekolah, dan terutamnya lagi kepada jumlah siswa yang sangat banyak ini, membuat fdi mengadakan program tahunan yang dinamakan “mentoring”. Dari sinilah saya mengenal istilah “Mentoring bukan segala-galanya tapi segala-galanya berawal dari mentoring” . Apaan ya..? Belajar mengajak orang lain dalam melakukan suatu kebaikan menurut saya adalah hal yang sulit. Karena dalam proses itu, kita dituntut untuk melakukan kebaikan itu terlebih dahulu. Namun apabila kita dapat menjalankan itu semua dengan ikhlas, maka hal yang sulit tadi akan terasa mudah. Itulah yang saya rasakan dan saya dapatkan dari FDI ini. Mentoring yang secara teknis, mengharuskan kakak kelas agar membina adik-adik kelasnya untuk menuju arah yang lebih baik dan tidak terkontaminasi dengan hal-hal negative yang berkeliaran di luar. Itu membuat diri ini menjadi pribadi yang selalu berusaha meningkatkan kualitas diri dan mengajak orang lain untuk meningkatkan kualitasnya.
Dari program mentoring ini, saya mendapatkan suatu ikatan (ukhuwah) di antara satu sama lain. Tanpa memandang senioritas di dalam lingkungan sekolah.
**
Perjuangan da’wah saat masuk ke kelas 3 adalah dengan melanjutkan ke liqo’at bersama pak Agus (awalnya) kemudian ke Kang Riki kemudian ke Ust. Winarwan.
Subhanallah sekali, betapa rindunya hati ini dalam da’wah, kita sangat perlu yang namanya da’wah . Teringat ketika hujan menerpa dengan sangat kencangnya, ditemani desiran angin yang kencang pula, dan suara gemuruh petir yang menggelegar, hati ini tetap kuat dan teguh untuk mencapai yang namanya pertemuan pekanan liqo’at. Kadang hati berkata, “tak usahlah”, tapi kata hati yang menguatkan untuk terus maju, lebih banyak dari kata hati tadi, membuat tekad pun semakin kuat. Dan akhirnya, bisa mencapaimya juga. Perjuangan bersama sahabat-sahabat tercinta sungguh tak akan terlupakan.
Teringat juga pengalaman wisata yang tidak terencana, namun karena satu sama lain se-iman, dan saling menasehati, akhirnya wisata itu pun jadi (wisata rohani), pokoknya asyik dan menyenangkan.
Teringat pula ketika suatu acara intern berlangsung, yaitu saat kita merangkul para prajurit-prajurit baru, para mujahid mujahidah baru untuk meneruskan estafet da’wah ini, tak kuasa tetesan air mata pun jatuh membasahi pakaian, ketika itu berada di bagian belakang lingkungan sekolah dan prajurit itu mengenakan pakaian baru tempurnya, kami peluk erat-erat satu persatu, dan air mata itu semakin menetes dengan derasnya.
Teringat pula kawan-kawan yang suka bersenandung bersama, mengajak kebaikan lewat alunan lagu dan nada-nada, perasaan senang, suka, duka, bahkan sedih, sangat saya rasakan…
Da’wah pembangunan yang paling mengesankan adalah ketika bulan Ramadhan 1430 H. Yang melangsungkan acara Pesantren Kilat Ramadhan. Sanlat yang paling berkesan. Dari situ saya melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada sahabat seperjuangan dan seluruh siswa siswi sekolah ini ke arah yang lebih baik.
**
…………………………………………………………………………..
Dari hati yang paling dalam.. saya ingin mengucapkan
Mohon maaf atas segala khilaf dan kesalahan pada sahabat sekalian.
Mohon maaf atas kekurangan diri.
Mohon maaf atas sikap dan perilaku yang tidak patut dilakukan.
Tertanam dalam hati ini para pejuang seperti sahabat sekalian yang membantu pribadi ini untuk berubah sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik..
Terima kasih atas semuanya..
Semoga ukhuwah ini tetap terjaga sampai kita melangkah ke surge-Nya.. Amin
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Salam Ukhuwah…
Sahabat semua, ini adalah sedikit curahan hati seorang pemuda yang sedang berjuang dalam meraih sebuah kebahagiaan yang hakiki, di saat orang-orang sedang gencarnya memperebutkan piala dunia, kita tidak boleh lupa bahwa tujuan kita yang sebenarnya adalah bersama-sama meraih piala akhirat, dan bisa mendapat tiket ke surga-Nya amin.
Kesan pertama yang bisa saya ungkapkan setelah membaca pesan “sebuah cita-cita” adalah subhanallah… rasa rindu yang sangat mendalam ingin kembali bersua dengan sahabat-sahabat seperjuangan yang terus memberikan motivasi serta semangat untuk menegakkan da’wah dimanapun kita berada…
Eh, kok jadi cerita yang itu…hhee
Ya, tapi itulah sebagai pembuka cerita mengenai pengalaman dan kenangan serta segalanya mengenai kancah da’wah di Sekolah tercinta ini.
**
Ditemani oleh suara desingan mesin-mesin serta perangkat-perangkat di sebuah tempat yang sekarang menjadi bagian dari aktivitas hidupnya, dalam suasana yang berbeda dari biasanya, dengan barisan meja kerja yang tertata dengan peralatan kantor, dan sesekali terdengar suara berisik gumaman beberapa orang karyawan meskipun biasanya ia sudah terlelap di waktu-waktu seperti ini, tapi disinilah ia mencoba mengungkapkan segala isi hatinya mengenai hal-hal yang membuat ia menjadi seperti ini, ya itulah saya yang biasa dipanggil “Asep”.
**
Saya agak bingung harus mulai dari mana, ya sudah.. kita mulai dengan awal bergabungya saya dengan organisasi yang bernama Forum Dienul Islam ini (yang selanjutnya disingkat FDI). Saya pertama bergabung dengan FDI ini adalah waktu kelas 1 semester 2 akhir yang mempuyai tekad untuk merubah diri ini menjadi orang yang soleh dan lebih baik. Tekad itu muncul karena banyak sekali teman teman yang juga mempunyai semangat yang sama untuk merubah dirinya dan bergabung dengan FDI, sehingga menambah teman, sahabat, dan tambah silaturahim satu sama lain. Setelah beberapa lama, akhirnya saya menjadi pengurus organisasi ini. Yang tugasnya adalah untuk melanjutkan estafet da’wah dari kakak kelas saya, dan dalam organisasi tersebut, saya ditugasi sebagai sekretaris. Tugas yang bermula tidak saya inginkan, namun waktu acara pertama itu saya ikuti (“LP 2D”) diantara teman-teman tidak ada yang mengacungkan tangan, akhirnya saya mengacungkan tangan, dan jadilah sekretaris.
Nah, dari situ saya mulai mempelajari dan memahami tugas saya di FDI ini dengan belajar dari kakak kelas. Awalnya, ketika pengarahan mengenai sekretaris, pusingnya minta ampun, namun setelah mencoba melakukan tugas, baru kerasa enaknya. Ya seperti itu, namun dukanya (maksudnya gak enak), yang namanya sekretaris itu cuman satu, jadi yang ngurusin masalah administrasi organisasi sekretaris aja, yang lainnya ada di divisi.
**
Berada dalam sebuah lingkungan sekolah yang luar biasa padat penduduknya, membuat beberapa siswa yang tergabung dalam organisasi-organisasi yang berada di sekolah ini berpikir bagaimana cara mengawasi dan mengarahkan seluruh siswa agar memiliki perilaku yang baik. Begitu juga dengan guru-guru dan kesiswaan yang terus memberikan amanat-amanat serta contoh perilakunya agar siswa dapat terdidik dengan baik. Sekolah ini mempunyai luas sekitar 3,4 Ha dengan beberapa program kejuruan dan memiliki hampir 1500 siswa yang setiap harinya memadati ruas-ruas dan sudut bangunan sekolah ini.
Masjid Ulul Albab yang berdiri kokoh di tengah-tengah lingkungan sekolah ini menjadi pusat da’wah bagi para siswa yang mayoritas beragama Islam. Dikelola oleh Guru yang menjadi ketua DKM dan Pembina Organisasi FDI serta siswa-siswa yang ingin dan mau menanam benih-benih pahala mulai saat ini juga agar bisa dipetik di akhirat kelak, sehingga menumbuhkan sikap loyal dan bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai muslim. Berawal dari berkecimpungnya saya yang secara waktu baru setahun sekolah disini dan mengetahui gambaran secara umum mengenai keadaan sekolah ini.
Obrolan serta bincangan yang dilakukan dalam forum-forum kecil untuk memberikan informasi khusus mengenai keadaan sekolah dari beberapa alumni membuat hati ini tahu bahwa sesungguhnya tugas kita disini adalah untuk mengajak seluruh komponen menegakkan syariat Islam di bumi ini.
Di latar belakangi oleh keadaan zaman yang bisa dilihat dengan kasat mata ini sangat berubah, dan perubahan ini banyak menusuk para remaja, terutama anak sekolah, dan terutamnya lagi kepada jumlah siswa yang sangat banyak ini, membuat fdi mengadakan program tahunan yang dinamakan “mentoring”. Dari sinilah saya mengenal istilah “Mentoring bukan segala-galanya tapi segala-galanya berawal dari mentoring” . Apaan ya..? Belajar mengajak orang lain dalam melakukan suatu kebaikan menurut saya adalah hal yang sulit. Karena dalam proses itu, kita dituntut untuk melakukan kebaikan itu terlebih dahulu. Namun apabila kita dapat menjalankan itu semua dengan ikhlas, maka hal yang sulit tadi akan terasa mudah. Itulah yang saya rasakan dan saya dapatkan dari FDI ini. Mentoring yang secara teknis, mengharuskan kakak kelas agar membina adik-adik kelasnya untuk menuju arah yang lebih baik dan tidak terkontaminasi dengan hal-hal negative yang berkeliaran di luar. Itu membuat diri ini menjadi pribadi yang selalu berusaha meningkatkan kualitas diri dan mengajak orang lain untuk meningkatkan kualitasnya.
Dari program mentoring ini, saya mendapatkan suatu ikatan (ukhuwah) di antara satu sama lain. Tanpa memandang senioritas di dalam lingkungan sekolah.
**
Perjuangan da’wah saat masuk ke kelas 3 adalah dengan melanjutkan ke liqo’at bersama pak Agus (awalnya) kemudian ke Kang Riki kemudian ke Ust. Winarwan.
Subhanallah sekali, betapa rindunya hati ini dalam da’wah, kita sangat perlu yang namanya da’wah . Teringat ketika hujan menerpa dengan sangat kencangnya, ditemani desiran angin yang kencang pula, dan suara gemuruh petir yang menggelegar, hati ini tetap kuat dan teguh untuk mencapai yang namanya pertemuan pekanan liqo’at. Kadang hati berkata, “tak usahlah”, tapi kata hati yang menguatkan untuk terus maju, lebih banyak dari kata hati tadi, membuat tekad pun semakin kuat. Dan akhirnya, bisa mencapaimya juga. Perjuangan bersama sahabat-sahabat tercinta sungguh tak akan terlupakan.
Teringat juga pengalaman wisata yang tidak terencana, namun karena satu sama lain se-iman, dan saling menasehati, akhirnya wisata itu pun jadi (wisata rohani), pokoknya asyik dan menyenangkan.
Teringat pula ketika suatu acara intern berlangsung, yaitu saat kita merangkul para prajurit-prajurit baru, para mujahid mujahidah baru untuk meneruskan estafet da’wah ini, tak kuasa tetesan air mata pun jatuh membasahi pakaian, ketika itu berada di bagian belakang lingkungan sekolah dan prajurit itu mengenakan pakaian baru tempurnya, kami peluk erat-erat satu persatu, dan air mata itu semakin menetes dengan derasnya.
Teringat pula kawan-kawan yang suka bersenandung bersama, mengajak kebaikan lewat alunan lagu dan nada-nada, perasaan senang, suka, duka, bahkan sedih, sangat saya rasakan…
Da’wah pembangunan yang paling mengesankan adalah ketika bulan Ramadhan 1430 H. Yang melangsungkan acara Pesantren Kilat Ramadhan. Sanlat yang paling berkesan. Dari situ saya melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada sahabat seperjuangan dan seluruh siswa siswi sekolah ini ke arah yang lebih baik.
**
…………………………………………………………………………..
Dari hati yang paling dalam.. saya ingin mengucapkan
Mohon maaf atas segala khilaf dan kesalahan pada sahabat sekalian.
Mohon maaf atas kekurangan diri.
Mohon maaf atas sikap dan perilaku yang tidak patut dilakukan.
Tertanam dalam hati ini para pejuang seperti sahabat sekalian yang membantu pribadi ini untuk berubah sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik..
Terima kasih atas semuanya..
Semoga ukhuwah ini tetap terjaga sampai kita melangkah ke surge-Nya.. Amin
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
0 comments:
Post a Comment